INI KISAH KU
Aku dilahirkan
dari keluarga yang sederhana.sederhana ? ya, kesederhanaan itu lah yang
mengajariku banyak hal tentang seperti apa hidup itu.
Sejak
kecil yang ku tau ayah dan ibuku selalu berusaha memenuhi kebutuhan dan
keinginan ku tanpa aku tau perjuangan mereka kala itu.dan tanpa aku tau
seberapa banyak keringat yang menetes untuk setiap perjuangan mereka.
Tetapi
semua seakan terhenti ketika mereka bercerita bagaimana perjuangan hidup jauh
sebelum aku dilahirkan. Dan sejak saat itu aku merasa lebih beruntung
disbanding ketiga kakak laki-laki ku. Mereka adalah saksi bagaimana ayah dan
ibuku berjuang untuk menafkahi keluarga. Mulai dari mereka menyaksikan derasnya
hujan dan teriknya panas tidak menjadi penghalang untuk ayah dan ibuku
berjualan dari stu hajatan ke hajatan lain. Mereka yang menyaksikan bagaimana
ayah ku membangun sebuah warung kecil untuk ibuku berjualan.mereka juga yang menyaksikanbagaimana beratnya
ayahku memikul kayu bakar hanya untuk ditukarkan dengan beberapa helai pakaia,
menjadi buruh di penambangan pasir dan mereka pula lah yang menyaksikan
bagaimana orang-orang m enyepelekan dan menghina ayah dan ibuku kala itu.
Berjualan
es dengan termos kecil keliling desa pernah dialami oleh kakak-kakakku, entah
berapa usia mereka kala itu yang jelas mereka masih kecil belum banyak tau
tentang perjuangan hidup,yang mereka tau adalah berjualan es untuk membantu
ayah dan ibuku. Mereka seakan mengerti akan begitu beratnya perjuangan ayah dan
ibuku , mereka seakan mengerti akan tangungg jawab sebagai anak laki-laki untuk
membantu kedua orang tua. Apa setelah itu kehidupan akan lebih baik? Sayang nya
tidak, perlu perjuangan dan kerja keras untuk bisa merubah nasib dari simiskin
yang tidak mempunyai apa-apa hingga menjadi kaya ,mungkin lebih tepatnya serba
berkecukupan. Terlintas dibenakku bagaimana jika aku pun mengalami hal yang
sama seperti ketiga kakak laki-laki ku? , entah lah.
Namun
roda kehidupan teru berputar bukan? Adakalanya seseorang berada dibawah da nada
kalanya juga seseorang berada diatas.begitupun keluarga ku,mereka banyak
melewati ujian yang ALLAH berikan.mungkin Allah ingin mengajarkan bagaimana
proses kehidupan berawal dari perjuangan sulitnya mencari nafkaah hingga suatu
saat kesiulitan itu berubah menjadi kesenangan.
Berakit-rakit
dahulu berenang-renang ketepian , bersakit-sakit dahulu bersenang-senang
kemudian.mungkin pribahasa itu tepat menggambarkan proses sebuah kehidupan.
Bersaki-sakit hari ini dan mendapatkan hasilnya suatu hari nanti.
Aku
percaya akan hal itu karena ayah dan ibuku selalu menggajarkan bagaimana hidup
sederhana selalu mengingatkan apa yang kita punya hari ini belum tentu masih
kita punya esok. Mereka pula lah yang mengajarkan untuk tetap rendah hati
dengan apa yang kita punya bukan malah menyombongkan dengan apa yang kita
punya. Aku ingat betul ayah ku selalu berkata “ dimana pun kamu berada jangan
pernah sombong,anggaplah kamu ini hanyalah anak seorang tukang macul “. Beliau ingin
menanamkan kepada anak-anaknya untuk selalu rendah hati dan tidak sombong
dengan apa yang dimiliki.
Orang
lain tidak perlu tau makan dengan apa kita hari ini ,orang lain tidak perlu tau
seberapa banyak harta yang kita spunya saat ini, yang orang lain perlu tau
adalah bagaimana penting nya suatu proses kehidupan tidak dengan cara instan
namun perlu kerja keras dan pengorbanan hingga tiba dimana seseorang menjadi
sukses dengan apa yang ia lakukan bukan dengan apa yang ia punya. Itulah pelajaran yang dapat aku petik dari
sebuah cerita masa lalu keluarga ku , bahwa kesederhanaan itu bisa membawa kita
pada kesuksesan dibarengi dengan kerja keras,pengorbanan dan keikhlasan dan
tidak lupa bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan untuk kita. Jadi untuk
para anak jangan pernah abaikan sekecil apapun perjuangan orang tua karena
setiap tetes keringat mereka hanya untuk bisa melihat kalian tersenyum dengan
makanan yang enak,pakaian yang layak ,dan pendidikan yang terbaik. Syukuri
dengan apa yang Allah Berikan melalui orang tua kalian , bukan malah mengeluh
dengan apa yang orang tua kalian berikan .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar